Rabu, 20 April 2016

Kamu  itu serupa bintang yang tak pernah mampu aku bagi pada matahari yang enggan merasa tersaingi. Tapi kemudian aku berkisah pada malam. Pada bulan yang paham indah cahayamu pada langit temaramnya. Karena kamu adalah bintang dengan aku bulannya.
Kamu adalah yang bercahaya, dengan aku sebagai penikmatnya.
Sederhana.

Senin, 18 April 2016

I Wish......


Tiba-tiba kalender menjadi benda yang sangat menarik selain setumpuk buku dan novel lusuh pemberian adik yang juga memenuhi atap lemari. Aku akan dengan senang hati bangun pagi-pagi sekali, pergi mengecek tanggal, walau harus kecewa ketika hari itu masih sebulan lagi. Aku akan mengulangi hal yang sama setiap pagi, setiap hari tanpa pernah lupa. Kau tahu, aku tak ingin melewatkan satu hari dalam setahun dimana akhirnya aku punya alasan untuk mengucapkan sebaris doa-doa yang lama aku simpan sendiri, untuk kusampaikan langsung padamu.
Akhirnya ada hari dimana aku bisa menghubungimu tanpa harus canggung dan memikirkan ribuan alasan palsu, demi membaca sebaris singkat balasan chatmu yang amat berharga. Karena satu saja notifikasi darimu, mampu membuat satu hariku penuh senyum bahkan tanpa aku tau kenapa bisa begitu. Kau adalah hal paling membahagiakan sejak aku mengerti artinya jatuh.
Pagi tadi aku kembali mengecek tanggal dan hampir mati kegirangan ketika mendapati hari itu sudah tiba. Memikirkan jutaan harapan yang ingin aku sampaikan agar setidaknya harimu selalu penuh tawa bahagia. Tapi bahkan sesederhana menjabat setelapak tanganmu saja aku tak akan mampu, bagaimana bisa menyampaikan harapan yang sudah kusimpan rapi, yang pada akhirnya harus terkubur abadi dalam kotak kenanganku sendiri. Karena dalam kotak itu hanya ada aku, suara dan sebuah senyummu yang aku rekam setiap detik aku bisa memandangmu walau hanya dari balik pundak-pundak.
Tapi dihari ini, bolehkah aku menjadi sedikit egois.. Mengisi harapanmu untuk diriku sendiri. Meneriakkan sejuta mimpi yang hanya denganmu lah aku ingin berbagi..
I wish…
Aku adalah gadis yang bisa berjalan sejajar denganmu ketika malam semakin temaram. Yang bisa meminjamkanmu pundak untuk berhenti ketika lelah. Bisa menjadi bibir yang memberimu senyum ketika kau merasa terpuruk. Menjadi satu-satunya nama yang kau ingat ketika kau merasakan hal terburukmu, sekalipun ketika senang kau akan mengingat nama yang lainnya, tapi datanglah ketika kau sampai pada titik hitam itu. Pangkuanku ada untuk menopang beban letih tubuhmu.
I wish…
Aku bisa melihat tidak hanya dibalik pundak. Aku bisa menatap tidak pada sebatas kacamata saja. Aku ingin tau, bagaimana rasanya memandang tepat pada kedua bola matamu, merasakan sejuta debar ketika hasrat terpuaskan oleh kedua mata yang bertemu. Aku juga mau menjadi yang berdiri disampingmu, memegang mikrofon yang sama denganmu. Menyanyikan lagu yang juga kau nyanyikan, sekalipun aku tak bisa bernyanyi dengan baik, tapi kau pasti akan mengerti. Aku penasaran bagaimana menjadi orang yang bisa duduk disampingmu. Merasakan hangat kulitmu menyentuh lenganku. Bisa tertawa karena gurauanmu dan merasakan desah nafasmu ketika kau berbisik lembut. Hal-hal mustahil yang hanya mampu aku khayalkan ketika rindu sudah membuncah diujung harapan. Aku sangat ingin…..
Tapi hari ini bukan tentang aku. Bukan tentang harapan dan mimpi terpendamku, ini tentangmu kak. Tentangmu yang akhirnya sampai dihari kau lahir kembali…
I wish….
Suara serak menawan itu akan tetap menjadi suara yang aku dengar tiap kali aku datang kegereja. Kacamata itu tetap menjadi pembatas agar rasaku tak jatuh terlalu dalam. Sembari mematahkan hati, aku berharap, kelak tanganmu tak lagi berjabat dalam diam. Semoga jemarimu tak lagi kosong hampa. Aku berdoa untuk seorang pendamping sepadan, yang hadir ditengah kemeriahanmu hari ini. semoga akan ada nama yang bisa kau panggil dengan sebutan sayang. Tapi jika ia juga memanggilmu sayang dengan baik dan sempurna, itu karena separuh rasaku telah kupinjamkan padanya.
Aku harap, kau selalu bahagia, dengan atau bahkan tanpa aku diujung jalan. Kau, akan selalu baik-baik saja.
I wish it….. for you.
Hppybdy

-MeilindaKarba-

Minggu, 10 April 2016

Cuma...

“Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. namun, orang itu hanya mampu ku gapai sebatas punggungnya saja”
Dee Lestari, Rectoverso-

Aku takut. Jatuh cinta itu tidak baik. Ketika aku mendapati diriku telah jatuh bahkan pada orang yang tidak seharusnya, aku takut sekali. 
Jangan tanya, setiap lengkung senyummu yang mampu ditangkap sudut mataku, sudah berapa baris doa yang pergi mengadu, agar aku tak jatuh semakin jauh. Karena mencintaimu, adalah ketakutan paling besar yang bahkan enggan aku pikul.
Mencoba mencari-cari satu saja dari ribuan alasan yang seketika datang menyerbu. Sungguh, aku hanya perlu satu alasan, setidaknya alasan terkuat agar aku bisa pergi dari sana. Pergi dari samudera pesona yang semakin membuatku tenggelam.
Kak, kau tahu? sering sekali aku membandingkan. Apa pantasnya aku dibanding semua wanita yang jauh lebih mampu menikmati matamu, atau sekedar merasakan hangat kulitmu. Aku sering bertanya-tanya, layakkah aku? Aku cuma mau tahu... seberapa kau memandangku sebagai wanita? walau mungkin namaku selamanya tetap menjadi adik yang enggan kau tatap lebih dari dua detik.
Aku cuma ingin tahu....

Rabu, 30 Maret 2016

kia

aku tidak tahu sejak kapan kau mulai jadi tokoh yang menarik untuk diceritakan. dan sejak kapan pula aku jadi perempuan pengecut yang hanya mampu memandangmu dari balik pundak-pundak.
sekalipun kita pernah bertatap semeja.
sekalipun lutut kita pernah bersinggungan dikursi yang sama, tapi nyatanya aku hanya mampu menggapaimu sebatas baris puisi dan doa ditengah malam.
katamu, aku hanya seorang adik. tapi lancangnya aku memandangmu sebagai lelaki.
aku juga wanita, yang akan segera paham bahwa ada yang berbeda dari caramu tertawa. ada debar yang tak wajar tiap kau panggil namaku dengan sempurna. aku cuma mau bilang, kau adalah sebentuk puisi yang tak pernah selesai aku tulis dari gelap hingga fajar. karena puisi adalah caraku mengasihi tanpa bicara, tanpa harus ada alasan. kau adalah tujuan, dan akhir dari sebuah cerita panjang.
aku sangat menikmati ada dibelakangmu, karena disini yang menarik adalah kamu, dan bagaimana suara itu seperti selalu bersenandung.
bahkan tanpa mikrofon itu, suaramu tetap merdu. tanpa kacamata itu, matamu jauh lebih membuatku takjub.
kita, hanya dua orang asing yang bertegur sapa lewat nama singkat dan senyum sesaat. hanya saling mengintip jika kebetulan pundak yang menghalangi tak terlalu tinggi,
tapi kau tak akan pernah paham sesusah apa aku mengontrol yang berdetak lebih keras
dan serumit apa mengatakan bahwa benar:
"aku telah jatuh, bukan pada sebuah cinta. tapi pada beribu doa yang tak lelah menanti aminmu untuk turut datang.."

Selasa, 02 Februari 2016

Daun

masih ingat hari yang panas bulan desember itu? aku selalu suka keringat dan tawamu ketika itu. wajahmu memerah nyaris gosong. wangi badanmu persis bau asap panggangan ibuku didapur. tapi kau tidak peduli, dan aku justru semakin geli. melihatmu bergelantungan dipohon, bahkan ditiang-tiang. pucuk tertinggi adalah tujuanmu. daun lebar, sempurna tanpa gores cacat adalah ambisimu. aku sering merengek memintamu turun, tapi dengan segera aku ngambek jika kau turun dan tak membawakanku daun itu.
kawan, sini duduk disebelahku. buku kita sudah penuh dengan koleksi daunmu. dari yang bisa dijadikan sayur, sampai yang beracun pun kau mampu dapatkan untukku.
beri aku semenit saja untuk bersandar dibahumu. aku lelah selalu mendongak keatas, demi memastikan keadaanmu baikbaik saja. kini ijinkan aku menunduk dan mengistirahatkan kepalaku.
aku tak suka bau gosong badanmu. kau terlalu lama berteman dengan matahari, dan terlalu nyaman memeluk getah pepohonan. tapi bahumu bercerita. aku enggan melewatkann tiap kisahnya. biarkan aku dibahumu dulu. sebentar saja.